|
PENDIDIKAN
Muhammadyah Mundur Program Penggerak Kemendikbud
Oleh : Zohiri Kadir | 26-Jul-2020, 12:05:18 WIB
|
KabarIndonesia - Muhammadyah melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan mundur dari program Organisasi Penggerak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah menyatakan sejumlah alasan pihaknya memutuskan mundur dari program dengan dana APBN hampi 600 Milyar tersebut. Salah satunya karena banyak organisasi masyarakat yang lolos merupakan lembaga yang tidak kredibel atau lembaga -lembaga lokal, ada juga kelas CSR
"Kriteria pemilihan organisasi masyarakat yang ditetapkan lolos evaluasi proposal sangat tidak jelas. Karena tidak membedakan antara lembaga CSR yang sepatutnya membantu dana pendidikan dengan organisasi masyarakat yang berhak mendapat bantuan pemerintah," ungkapnya. Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah merupakan lembaga besar yang memiliki 30 ribu satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Sehingga tidak memerlukan bantuan dana besar dari pemerintah untuk melakukan pelatihan.
"Setelah kami mengikuti proses seleksi program Organisasi Penggerak Kemendikbud dan mempertimbangkan beberapa hal, maka dengan ini kami menyatakan mundur dari keikutsertaan program tersebut," ujar Kasiyarno Ketua Majelis Dikdasmen PPMuhammadiyah di kantor PP Muhammadyah , Jakarta , Rabu (22/7/2020).
"Kami tidak sepatutnya mendapat dana dari pemerintah jika] diperbandingkan dengan organisasi masyarakat yang sebagian besar baru muncul beberapa tahun terakhir dan terpilih dalam program Organisasi Penggerak," lanjutnya.
Lebih lanjut, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah meminta Kemendikbud meninjau kembali organisasi masyarakat yang lolos tahap evaluasi proposal dalam program Organisasi Penggerak. Sebelumnya pemberian dana hibah hingga miliaran rupiah pada program Organisasi Penggerak menuai kritik. Karena diduga dua lembaga yang lolos, yakni Yayasan Putera Sampoerna dan Yayasan Bhakti Tanoto.
Menurut data organisasi masyarakat yang lolos evaluasi proposal, Yayasan Putera Sampoerna lolos pada kategori Macan dan Gajah. Sedangkan Yayasan Bhakti Tanoto lolos pada kategori gajah sebanyak dua kali. Pertama untuk pelatihan guru SMP, dan kedua untuk guru SD.
"Lah ini mereka malah menerima dana atau anggaran negara untuk membiayai aktivitas melatih para guru. Logikanya sebagai CSR, yayasan-yayasan perusahaan tersebut bisa memberikan pelatihan guru dengan biaya mandiri, ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda melalui keterangan tertulis.
Merespons hal ini, Tanoto Foundation membantah menerima dana sebesar Rp20 miliar dari Kemendikbud. Communications Director Tanoto Foundation, Haviez Gautama mengatakan pihaknya justru menginvestasikan dana untuk bidang pendidikan. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa Tanoto Foundation bukan lembaga CSR. Melainkan murni lembaga yang pembiayaannya berasal dari pemilik Tanoto Foundation.(*)
|
|
|
|
|